Description
Film India selalu terlihat ingar-bingar. Musik yang bertalu-talu, lagu yang mendayu-dayu, barisan penari, kerumunan manusia, dan serombongan besar orang di belakang layar dan cerita. Semua tanpa serbakolosal.
Namun, menyukai film India adalah hal yang sama sekali berbeda. Lebih-lebih jika Anda tinggal di sebuah negeri semacam Indonesia yang bangsa penghuninya menderita rendah diri akut sekaligus snobisme dungu. Di tengah massa yang memuja secara membabi buta segala yang dibuat oleh Hollywood dan histeris berat terhadap semua hal yang berkait dengan rambut kejur dan kuning langsat, film India tiba-tiba jadi semacam gambar durjana. Seperti film porno, film India disukai sekaligus tidak disukai, dikonsumsi tapi dianggap terlalu kotor untuk dibincangkan, ditonton sendirian kemudian dihinakan di depan banyak orang.
Menonton film India, membahasnya, apalagi menuliskannya adalah semacam kerelaan menjadi–meminjam judul film garapan Mehmood tahun 1996–dushman duniya ka; sang musuh semesta.