Description
Ulid adalah bocah miskin biasa yang hidup di sebuah desa terpencil yang biasa juga. Karena itu, hal-hal yang dilakukannya juga biasa-biasa saja: bermain, sekolah, dan bermain. Apa-apa yang disukainya juga biasa: membakar gamping seperti bapaknya, memanem bengkuang seperti umumnya anak-anak di desanya, mendengarkan sandiwara radio sebagaimana bocah yang tumbuh pada tahun 80-an. Sedikit yang luar biasa, adalah Ulid tak suka Malaysia, tak seperti kebanyakan orang di desanya, Lerok. Karena itu, Ulid tak ingin ikut-ikutan pergi ke sana.
Pembaca yang menyukai isu-isu ekonomi-politik mungkin akan menganggap cerita ini tentang TKI. Pencinta lingkungan mungkin menyangka kisah tentang bengkuang. Pemerhati dan penikmat budaya populer bisa saja mengatakan kalau ini tentang sandiwara radio atau musik kampungan tahun 80-an. Para pemburu nasihat dan motivasi boleh jadi menyebutnya sebagai kisah tentang serangkai kegagalan. Bahkan, tak mustahil jika ada yang menganggap karangan ini bukan tentang apa-apa. Terserah saja. Bebas. Merdeka.