JAWA BARAT adalah salah satu kota di Indonesia yang memiliki atmosfer sepakbola cukup baik. Salah satunya berada di Bandung dengan klub sepakbolanya, Persib Bandung. Ketikkan kata “suporter” di Google, dan jebret(!): muncul “suporter Persib” di laman pertama Anda. Sejarah dalam sepakbola Indonesia pun mencatat bahwa Persib adalah salah satu klub yang memiliki gelar kampiun liga lebih dari 8 kali.
Namun, di balik kegemilangan Persib, terselip redupnya prestasi pada tahun 1978. Hal itulah yang coba dijelaskan oleh Novan Herfiyanto dalam bukunya Persib: Kisah Kompetisi Perserikatan Tahun 1978. Novan, melalui tulisan-tulisan dalam buku yang diterbitkan oleh Fandom Indonesia pada Mei 2019, berusaha melihat dan menelisik sebuah pertanyaan tabu yang jarang diungkapkan ke penikmat sepakbola Indonesia, wa bil khusus Bandung.
Benarkah Persib pernah mengalami “degradasi” pada tahun 1978?
Novan melihat selama 10 tahun (1970-1980), Persib benar-benar mengalami kemerosotan. Mulai dari terlempar dari kelompok elit PSSI (Persija, PSMS, PSM, dan Persebaya), kegagalan menembus babak 8 besar, hingga cerita unik tentang kesalahan asupan makanan.
Menariknya, Novan berani bertungkus lumus dengan arsip. Tiap kali tulisan digulirkan, arsip foto selalu tersisipkan. Hal ini untuk membuktikan bahwa apa yang dituliskannya berdasarkan informasi yang valid, bukanlah kasak-kusuk.
Kemudian, Novan mencoba menarasikan tulisan dan menganalisis dengan detail. Salah satu tulisan yang kuat analisisnya adalah Persib 1970-an: Degradasi atau Tidak?. Dia benar-benar ingin mengetahui dan memahami makna degradasi yang berlaku di kalangan sepakbola. Sebab, seperti yang diketahui penikmat sepakbola, degradasi adalah turun kasta, dari kasta I ke kasta II.
Namun, apakah kenyataannya benar mengalami degradasi? Ataukah hanya gagal dalam sebuah kompetisi yang menyebabkan Persib tak bisa bersaing, bahkan terlempar dari kelompok elite PSSI? Tentu saja, jawaban ini bisa kita dapatkan setelah membaca Persib: Kisah Kompetisi Perserikatan Tahun 1978 sampai tuntas.
Uniknya, Novan tak hanya memasukkan kisah Persib, tetapi kisah dari klub lain seperti Persebaya dan Persiraja ikut ambil andil. Mengapa itu penting bagi Novan? Sebab, Novan ingin memberikan perbandingan mengenai perjalanan dan prestasi pada tahun 1978. Tetapi, bisa jadi, bagi pembaca, kisah itu tak perlu dibaca karena tak bersinggungan langsung dengan Persib Bandung.
Kisah-kisah yang dituliskan oleh Novan wajib dibaca oleh penggemar sepakbola Indonesia, khususnya warga Bandung. Stigma mengenai Persib mengalami degradasi bisa jadi terbantahkan melalui buku Novan. Data kuat, analisis tajam, dan kepadatan narasi menjadi alasan mengapa buku Persib: Kisah Kompetisi Perserikatan Tahun 1978 layak dikoleksi untuk memperkaya khazanah sepakbola Indonesia.