teddy-maesy-semasa
Diari

Susi dan Bacaannya #2: Membaca Semasa, Mengenang Segala Masa

Minggu ini, Susi baru saja menyelesaikan bacaan yang menyenangkan. Tentang keluarga, tentang masa kecil, dan tentang perpisahan. Bacaan itu ditulis oleh dua penulis, sepasang kekasih. Judulnya Semasa, ditulis Maesy Ang dan Teddy W. Kusuma.

Ada dua tokoh utama yang dikenalkan dan akan menggiring kita ke dalam relung masa lalu mereka. Sachi dan Coro. Tokoh-tokoh pendukungnya ada Bapak, Paman Giofridis, dan Bibi Sari. Sebenarnya, ada benda mati yang, menurut Susi, layak dijadikan tokoh. Yakni, rumah Pandanwangi.

Rumah Pandanwangi adalah saksi atas masa kecil Sachi dan Coro. Konflik menganga tatkala rumah itu akan dijual, padahal, Sachi dan Coro, yang sudah besar, acap tidak rela melepaskan rumah tersebut. Ayah Coro dan ibu Sachi—keduanya kakak beradik—membangunnya dan menaruh harapan agar menjadi tempat berpulang dan memupuk banyak harapan.

Lima tokoh Semasa melaksanakan perjalanan menuju rumah Pandanwangi. Susi membayangkan perjalanan mereka seperti road movie. Untuk yang terakhir kali, perjalanan itu layaknya perpisahan yang melankolis dan membikin sedih tak kunjung usai. Ehe~

resensi-semasa-post

Susi menaruh perhatian besar pada Coro. Coro itu penulis yang, kalau pun sukses belum, pemula juga tidak. Bingung, yak? Mungkin sering terjadi di negeri kita: penulis yang sudah kalah saing dengan penulis-yang-bukunya-sudah difilmkan, tetapi masih menyimipan mimpi dan menisbatkan diri sebagai penulis.

Coro juga kadang sinis. Dan itu adalah istimewanya. Ia kerap kali ribut dengan Sachi, entah waktu mereka masih di rumah Pandanwangi maupun saat sudah besar dan gemar mengenang masa-masa silam.

Baca juga tulisannya Susi: Emangnya Cinta itu Beneran Tak Pernah Tepat Waktu?

Tidak ada konflik yang meletup. Susi nebak kedua penulis Semasa memang tidak berusaha melakukannya. Sachi dan Coro hanya sanggup berdebat tentang perkara yang biasa-biasa saja. Susi senang melihat mereka berdialog. Sama-sama kutu buku jelas nggak akan ribut-ribut nggak jelas sampai mendramatisir dan merusak alur.

Susi jadi pengin berkunjung ke POST, toko buku independen yang dikelola dua penulis Semasa, di Pasar Santa, Kebayoran, Jakarta. Dulu, sih, Susi pernah ke sana waktu ada diskusi buku. Kak Maesy kerap kali jadi moderatornya. Ada pun Kak Teddy jarang nongol di depan panggung.

Yuks, baca Semasa dan membelinya di Mojok Store!! :*

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *