DUA budak perempuan Abesy turun di Bandar Lamuri pada paruh kedua abad ke-16. Bintang-bintang di langit pun mulai bergerak menandai awal mula perubahan besar di negeri-negeri Selat Malaka.
Anak lelaki salah seorang budak itu kemudian tampil merebut kekuasaan melalui Pembasmian Merica. Dinasti lama tersingkir, demikian pula penguasa sesungguhnya kawasan Selat, kongsi dagang Ikan Pari Hitam.
Si Ujud sedang belajar di Sekolah Perkapalan dan Lautan Istamboel saat mengetahui kedua orangtuanya menjadi korban pembantaian. Demi membalaskan dendam, ia rela menempuh jalan berputar, yaitu merompak bersama Tata Sifr melawan Liga Suci, memimpin eskader Bumbu Hitam di Perairan Sulu, dan bahkan menjadi mata-mata Anak Haram Lamuri.
Rupanya, tak hanya Si Ujud yag bergerak. Persaudaraan rahasia Kura-Kura Berjanggut berkali-kali mengirimkan pembunuh bayaran demi mendapatkan kepala Sultan Lamuri.
Lamuri tak bebas dari banjir darah tiga abad kemudian ketika sekian ekspedisi dikerahkan pemerintah kolonial Hindia Timur. Setelah perlawanan rakyat Aceh diredam, muncul para pembunuh yang hanya mengincar orang kulit putih–suatu hal yang bahkan tak bisa diperkirakan oleh Snouck Hurgronje.
Buku kura-kura berjanggut akan menyajikan petualangan-petualangan komplet nan menakjubkan yang melibatkan pertempuran di laut, muslihat di antara para pengkhianat, nakhoda Zeeland gila, ulat merica, agama yang memuja kerang yang lebih tua ketimbang alam semesta, adu gajah sampai mati, wangsa pemburu Tuhan, hingga penyelewengan perasaan penderita kusta.
Ada pula tentang para pembunuh yang menumpang hidup di negatif foto, pertarungan burung tiung pencicip makanan raja melawan koki asal Lombardia, sufi Hamzah Fansuri yang diperebutkan tarekat Burung Pingai dan pertapa 33 tasbih sekaligus ditakuti anak haram Lamuri.
Sejak pertengahan 2006, Azhari Aiyub telah memulai proses penulisan Kura-Kura Berjanggut. Selain Perihal Abdoel Gaffar dan Si Ujud, beberapa nukilannya yang lain sempat dipublikasikan di media massa dengan judul-judul seperti Hamzah dari Fansur, Hikayat Kura-kura Berjanggut, dan Pengantar Singkat untuk Rencana Pembunuhan Sultan Nurruddin.
Secara keseluruhan, alur novel yang masuk kategori novel tebal dengam 960 halaman ini tersusun secara unlinier dengan rentetan waktu yang acak. Meskipun keseluruhan latar dalam novel ini terjadi di Aceh, yang berkisah antara penghujung abad ke-16 hingga permulaan abad ke-21, Anda bisa menikmati keluwesan kisah yang disajikan dengan realitas yang terjadi di Aceh saat ini.
***
Pertama kali dipublikasikan oleh Media Indonesia, pada 21 Juli 2018.